Harga Sebuah Pelayanan dan Ketulusan

Di suatu sore bersama seseorang saya memutuskan untuk pergi dan makan disebuah kafe di daerah Taman Sari Bandung. Setelah memilih salah satu tempat duduk saya kemudian dihampiri oleh (mungkin) pelayan disana. Sambil bersender dan dengan nada ketus dia bertanya

"Mau mesen apa mas?".

Sesuatu yang sangat HARAM menurut saya, karena bagaimanapun dan seperti apapun penampilan saya, saya adalah customer mereka yang patut diperlakukan lebih ketimbang pertanyaan ketus tanpa senyum.

Mendadak selera makan saya hilang. Ditambah ketika beberapa kali saya menunjuk beberapa menu dengan santai dia bilang "Gak ada mas" atau "Habis". Lagi2 dia berkata dengan ketus, tanpa SENYUM sambil tetap bersender santai di dinding belakang punggungnya...

Setelah hari itu, saya BERSUMPAH gak akan masuk ke kafe itu lagi (kecuali kl ada yg traktir)...

Untuk konsep kafe saya beri nilai 8, tapi untuk pelayanan khususnya beliau yang terhormat yang melayani customer, saya beri beliau -10,

saya ulangi MINUS SEPULUH...

Tapi suatu hari di hari berbeda, saya pergi kesebuah tempat fotocopy di daerah cikutra samping Gupuspal untuk membeli ballpoint . Saat itu suasana tempat fotocopy cukup sepi. Hanya saya dan seorang ibu2 berjilbab yang sedang sibuk menghitung lembaran kertas.

Ketika tiba, saya celingukan karena sepertinya para pegawai fotocopy sedang sibuk dan tidak ada yang melayani saya. Disaat itulah seorang anak perempuan berusia sekitar 6 tahunan (sepertinya anak pemilik fotocopy) yang sedang menonton TV, melihat ke arah saya dan langsung berdiri lalu bergegas menghampiri saya.

"Mau fotocopy mas?" Tanya anak itu dengan senyum ramah

"Enggak. mau beli ballpoint" Jawab saya sambil tersenyum kecil

"Mau warna apa? Ada banyak kok" Balas anak itu sambil menunjuk ke deretan ballpoint di etalase tepat di bawah kami berdua

"Yang ini berapaan de?" Tanyaku sambil menunjuk salah satu ballpoint.

Sebenarnya ada harga yang tertera disitu, tapi terlintas pikiran iseng di benak saya karena melihat harga yang ditempel berada di bagian depan, dimana anak itu tidak bisa lihat.

Benar saja, dia berusaha berdiri jinjit untuk melihat harga sambil garuk2 dan bergumam "emmm.. itu harganya ada di depan. Gak keliatan dari sini mas"

Saya tersenyum geli "Oh, 2000an ya. Ya udah beli aja itu dua. Yang item sama biru ya"

Anak itu dengan cepat membuka etalase mengambil dua ballpoint dan menyimpannya diatas etalase. Saya segera mengambilnya dan hendak mencoba menge"test" ballpoint itu di telapak tangan saya. Tapi dengan cepat anak itu memberikan sepotong kertas kecil..

"Disini aja mas. Kl ditangan mah ntar kotor" dengan senyuman yang belum terlepas dibibirnya

Setelah memastikan kedua ballpoint itu berfungsi baik, saya menyerahkan uang 4000 rupih. Dan dengan tersenyum manis anak itu berkata "Terimakasih mas".

Saya teringat dengan pembahasan pada pelajaran ekonomi ketika saya SMP mengenai Pelayanan Prima. Dan hari itu saya mendapatkan satu pelayanan Prima paling tulus dan paling baik dari seorang anak kecil.

Ada semacam kepuasan dan rasa penghargaan yang saya dapatkan.

Saya merasa dihargai sebagai customer meski hanya membeli 2 buah ballpoin seharga 4000 rupiah, tapi anak itu memberikan harga yang lebih terhadap saya.. Harga sebuah pelayanan, dan harga sebuah ketulusan..


Sahabat Anda,

This entry was posted on Jumat, 10 Mei 2013 and is filed under ,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Silakan berkomentar tapi jangan terlalu KEJAM ya.. ^_^