KONTRAS . . . ! ! !


Pukul 22.15 malam hari, saat itu cuaca dingin mulai mengetuk tulang ditambah hujan turun lumayan deras. Cukup untuk mengusir orang dari jalanan dan membuat selimut dan bantal nyaman untuk disapa...

Di sebuah rumah besar..
Sisy, merebah di kasur empuknya di tutupi selimut setengah badan, Kedua tangannya sibuk menjamah tablet kesayangannya. kesepuluh jarinya yang cekatan mengetik kalimat yang nanti dia jadikan status di akun facebooknya.
"Akh, keabisan lagi beli tas. Kecewa badai..!!!" begitu tulisnya.
Beberapa kali dia meraih Blackberry yang tak jauh dipangkuannya sambil sesekali tertawa kecil sambil bergumam "gobloook bangeeeet.."...

Ketukan di pintu membuyarkan "kesibukannya" saat itu. Dari balik pintu menyembul sang pembantu rumah tangga sekaligus pengasuhnya sejak kecil, Mbok Marni..
"Non, makan dulu ya. Dari sore kan non belum makan". Mbok Marni berkata sambil tersenyum sopan penuh kasih sayang.
"Gak usah mbok. Aku tadi udah delivery kok. Ntar lagi juga dateng. Bosen makanan dirumah. itu2 mlulu tiap hari". Jawab Sisy tanpa menoleh
Mbok marni tersenyum dan menutup pintu dan berlalu menuju dapur tempat dimana dia memang selalu berada.

Tak jauh dari rumah itu, di sebuah gubuk kecil depan sungai kecil...
Pak Jono, sedang sibuk mengupas kentang dan membersihkan beberapa potongan sayur. Kentang dan sayur itu dia beli dengan harga murah karena memang barang sisa dari para pedangang di pasar. Sedikit busuk dan kering memang. Bagi sebagian orang sayuran itu memang tidak layak untuk di konsumsi, tapi bagi Pak Jono yang keseharian hanya buruh kasar di pasar standar, "kelayakan" telah dia buat sendiri tanpa harus mengacu pada fatwa atau himbauan para pakar kesehatan. Sedikit dibersihkan dengan air pun bagi Pak Jono sudah cukup untuk melengkapi lauk untuk hari ini. Di dekat tempat tidur yang hanya papan dan diberi sedikit alas, tampak beberapa baskom dan mangkok plastik yang dipakai untuk menampung tetesan air hujan yang berhasil menerobos masuk dari atap gubuk.

Suara pintu gubuk yang dibuka mengalihkan pandangannya dari kentang yang sedang dia kupas. Rini, anak perempuannya yang kini berusia 6 tahun dan Yana, anak laki-lakinya yang kini berusia 12 tahun menyembul dari balik pintu. Dengan baju dan rambut yang kebasahan karena hujan, mereka masuk perlahan. Dibahunya terpanggul karung-karung seukuran badan mereka berisi penuh dengan kemasan air mineral bekas yang satu demi satu mereka kumpulkan semenjak hari beranjak petang. Yana duduk di bangku kelas 6 SD di salah satu sekolahan impres yang letaknya sekitar satu km dari rumah sederhana mereka. Sedangkan Rini, entah bagaimana nasib sekolahnya. Pak Jono yang memang harus membesarkan kedua anaknya sendiri setelah istrinya di suatu hari menghilang entah kemana harus berjuang mati-matian untuk mencari biaya sekolah yang katanya gratis itu.

"Pak, masaknya udah selesai? Rini lapar". Ucap Rini sambil meletakkan "hasil" kerjanya di pojok rumah.
"Belum ndo, sebentar lagi. Ini bapak lagi kupas. Sambil nunggu bapak masak, Rini angetin dulu nasi yang tadi pagi ya. Biar makannya enak". Jawab pak Jono sambil tersenyum.
Rini bergegas menuju dapur yang hanya 2 meter dari tempat ayahnya duduk dan mengambil satu piring nasi yang sudah sedikit mengeras untuk mereka makan bertiga nanti.

Orang-orang seperti Pak Jono sesungguhnya tidak pernah mau untuk meminta belas kasihan. Tapi terkadang itu salah satu hal yang bisa membuat dia bisa membeli kentang dan sayuran untuk makan malam.
Pak Jono juga tidak rela jika harus melihat kedua anaknya berjalan di jalan yang bukan seharusnya anak-anak seusia mereka lalui. Tapi jika harus menuntun kedua anaknya tanpa melalui jalan itu pak Jono mungkin akan terseok.
Pak Jono bukan tidak mempunyai pilihan, dia hanya bingung harus memilih jalan yang mana karena memang hampir tidak diberi kesempatan untuk memilih.

KONTRAS...!!!
Kehidupan keseharian orang-orang di sekeliling kita yang kadang luput dari perhatian kita karena terlalu cepatnya kita terburu-buru memacu kendaraan kita untuk pergi bekerja atau liburan.
Entah kapan kesetaraan dan jiwa "saling merasakan" bisa terwujud jika kepedulian saja terkadang lupa kita simpan dimana..


Bandung, November 2012
Untuk Pak Jono



Sahabat Anda

This entry was posted on Minggu, 18 November 2012 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Silakan berkomentar tapi jangan terlalu KEJAM ya.. ^_^